Rabu, 01 Februari 2017

media tanam yang baik untuk tanaman selada

BAB I
                                                  PENDAHULUAN                                  
1.1  Latar Belakang
Tanaman selada (Lactuca sativa L.) merupakan tanaman sayuran semusim yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Selada dapat digunakan sebagai sayuran pelengkap yang digunakan dalam berbagai macam masakan serta memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi.
Selada dapat ditanam di dataran rendah sampai dataran tinggi (pegunungan) dan dapat di tanam pada berbagai jenis tanah, namun pertumbuhan yang baik akan diperoleh bila ditanam pada tanah liat berpasir yang cukup mengandung bahan organik, gembur, remah, dan tidak mudah tergenang air.
Selain itu, tanaman selada juga dapat ditanam pada media rockwool yang diberi larutan nutrisi AB Mix (dikenal dengan hidroponik). Setiawan (2006) menyatakan bahwa penggunaan nutrisi AB mix memberi pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman, jumlah daun). Nutrisi yang diberikan terbagi dua yaitu nutrisi yang mengandung unsur makro dan nutrisi yang mengandung unsur mikro. Kandungan larutan nutrisi AB mix terdiri dari stok A dan stok B. stok A mengandung KNO3, Ca(NO3)2, FeEDTA dan stok B mengandung K2SO4, KH2PO4, MgSO4, MnSO4, CuSO4, (NH4)2SO4, Na2HBO3, ZnSO4, dan Na2MO4. (Prihmantoro dan Indriani, 1999).
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Media Tanam dan Pemberian Nutrisi AB Mix Terhadap Pertumbuhan Tanaman Selada (Lactuca sativa L)”.

1.2  Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh media tanam dan pemberian nutrisi AB mix terhadap pertumbuhan tanaman selada (Lactuca sativa L.) ?

1.3  Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengkaji pengaruh media tanam dan pemberian nutrisi AB mix terhadap pertumbuhan tanaman selada (Lactuca sativa L.).

1.4  Metode Penulisan
Penulisan laporan ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik studi kepustakaaan dan teknik observasi yang bersumber dari beberapa media tulis, baik berupa buku maupun media lainnya yang berkaitan dengan masalah-masalah yang dibahas.
 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Taksonomi Tanaman Selada (Lactua sativa L.)
Selada adalah tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk), khususnya dalam hal bentuk daunnya. Tanaman ini cepat menghasilkan akar tunggang diikuti dengan penebalan dan perkembangan cabang-cabang akar yang menyebar pada kedalaman antara 20-50 cm.
Struktur botani tanaman selada menurut Haryanto et al. (1996) adalah sebagai berikut :
Divisi         : Spermathophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas         : Dicotyledone
Ordo          : Astarales
Family       : Asteraceae
Genus        : Lactua
Spesies      : Lactua sativa L.

2.2  Morfologi Tanaman Selada (Lactua sativa L.)
Tanaman selada (Lactua sativa L.) memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Akar serabut menempel pada batang, tumbuh menyebar ke semua arah pada kedalaman 20-50 cm. sebagian besar unsur hara yang dibutuhkan tanaman diserap oleh akar serabut. Sedangkan akar tunggangnya tumbuh lurus ke dalam tanah. (Rukmana, 1994).
Daun selada memiliki bentuk, ukuran dan warna yang beragam, tergantung varietasnya. Daun selada berbentuk bulat dengan ukuran daun yang lebar, berwarna hijau terang dan hijau agak gelap. Daun selada memiliki tangkai daun bersifat kuat dan halus. Daun bersifat lunak dan renyah apabila dimakan, serta memiliki rasa agak manis. Daun selada umumnya memiliki ukuran panjang 20-25 cm dan lebar 15 cm. (Wicaksono, 2008).
Tanaman selada memiliki batang sejati. Batang selada sangat pendek sehingga hampir tidak terlihat dan terletak pada bagian dasar yag berada di dalam tanah. Diameter batang juga lebih kecil yaitu (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Bunga selada berbentuk dompolan (inflorescene). Tangkai bunga bercabang banyak dan setiap cabang akan membentuk anak cabang. Buganya berwarna kuning, setiap krop panjangnya antara 3-4 cm yag dilindungi oleh beberapa lapis daun pelindung yang dinamakan volucre. Setiap krop mengandung sekitar 10-25 floret atau anak bunga yang mekarnya serentak. (Ashari, 1995).

2.3  Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactua sativa L.)
2.3.1        Iklim
Tanaman selada (Lactua sativa L.) dapat tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi. Namun, hampir semua tanaman selada baik diusahakan di dataran tinggi. Pada datarann tinggi, selada lebih cepat berbunga. Suhu optimum untu pertumbuhan selada yaitu 15-20 °C. (Sunarjono, 2003). Tanaman selada dapat ditanam di daerah yang terletak pada ketinggian 500-2.200 mdpl. (Haryanto, et al. 1996).

2.3.2        Tanah
Tanaman selada (Lactua sativa L.) tumbuh baik pada tanah yang subur dan banya mengandung humus. Tanah yang mengandung pasir dan lumpur baik sekali untuk pertumbuhannya. (Haryanto, et al. 1996). Tanah jenis lain seperti lempung berdebu dan lempung berpasir juga dapat digunakan sebagai medium tanam selada.

2.3.3        Larutan Nutrisi
Larutan nutrisi terdiri dari berbagai garam pupuk yang dilarutkan ke dalam air dan digunakan sebagai sumber nutrisi bagi tanaman yang dibudidayakan secara hidroponik.
Larutan nutrisi itu sendiri dibagi menjadi dua, yaitu unsur makro (C, H, O, N, S, P, K, Ca, dan Mg) dan unsur mikro (B, Cl, Cu, Fe, Mn, Mo dan Zn). Dibuat dua jenis pekatan A dan B. Kedua pekatan tersebut dicampur saat akan digunakan. Pekatan A dan B tidak dapat dicampur karena apabila kation Ca dalam pekatan A bertemu dengan anion sulfat dalam pekatan B maka akan terjadi endapan kalsium sulfat sehingga unsure Ca dan S tidak dapat diserap oleh akar. Tanaman pun akan menunjukkan gajala defisiensi Ca dan S. Begitu pula bila kation Ca dalam pekatan A bertemu dengan anion fosfat dalam pekatan B akan terjadi endapan ferri fosfat sehingga unsur Ca dan Fe terjadi endapan kalsium fosfat, sehingga unsur Ca dan P tidak dapat diserap oleh akar. (http://www.belajarbarenghidroponik.com).
Komposisi larutan A terdiri dari : Kalsium nitrat, Kalium nitrat, Fe EDTA. Komposisi larutan B terdiri dari : Kalium dihidro f, Amnonium sulfat, Kalium sulfat, Magnesium sulfat, Cupri sulfat, Zinc sulfat, Asam borat, Mangan Sulfat, dan Amonium hepta.

2.3.4        Media Tanam
media tanam dapat diartikan sebagai tempat tumbuh bagi tanaman yang dapat mendukung pertumbuhan dan kehidupan tanaman. Media tanam juga mampu mengikat air dan unsur hara yang dibutuhkan tanaman, mempunyai aerasi dan drainase yang baik, dapat mempertahanan kelembaban di sekitar perakaran, tidak mudah lapuk, tidak menjadi sumber penyakit, mudah didapat dan harganya relatif murah. (Agoes, 1994).
Rockwool merupakan bahan non-organik yang terbuat dari campuran batua basalt dan pasir yang berbentuk serat. Selain karena daya serapnya terhadap air cukup tinggi, bahan ini tidak membawa patogen penyebab penyakit sehingga dapat menguntungkan untuk digunakan sebagai media tanam. (Widhi, 2014).

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1  Tempat dan Waktu Pengamatan
Pengamatan ini dilaksanakan dari tanggal 19 November 2016 sampai dengan 16 Desember 2016 bertempat di rumah sang penulis tepatnya  di depan rumah.
I.                   Alat dan Bahan
Alat :
1.      3 buah botol bekas
2.      Cutter
3.      Sumbu kompor
4.      Kain flanel
5.      Netpot
6.      Gunting
7.      Alat Tulis
8.      Kamera HP
Bahan :
1.      Biji Selada
2.      Tanah secukupnya
3.      Air untuk menyiram tanaman
4.      Nutrisi AB Mix

II.                Cara Kerja
1.    Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2.    Memotong 3 botol bekas menjadi 2 bagian (1 botol bekas (bagian bawah) untuk tanaman dengan perlakuan tanah tanpa nutrisi tambahan,  1 botol bekas (bagian atas dan bawah) untuk tanaman dengan perlakuan tanah dengan nutrisi AB mix, dan 1 botol bekas (bagian atas dan bawah) untuk tanaman dengan perlakuan rockwool dengan nutrisi AB mix.) 
3.    Mengisi 1 bagian bawah botol bekas dengan tanah untuk perlakuan tanah tanpa nutrisi tambahan. Kemudian meletakkan biji selada di atasnya.
4.    Mengisi 1 bagian bawah botol bekas dengan nutrisi AB Mix sebanyak 500 ml, mengisi 1 bagian atas botol bekas dengan tanah yang telah dikaitkan dengan sumbu kompor pada pada masing-masing tutup botol. Kemudian memberi lubang untuk meletakkan biji selada.
5.    Mengisi 1 bagian bawah botol bekas dengan nutrisi AB Mix sebanyak 500 ml, mengisi 1 bagian atas botol bekas dengan rockwool yang telah dipotong pada bagian teratas untuk menyelipkan netpot yang telah diberi dengan kain flanel. Kemudian meletakkan biji selada pada rockwool di netpot.

3.2  Hasil Pengamatan
3.2.1        Gambar Hasil Pengamatan
Gambar 1 : Botol bekas sudah dipotong tempat penanaman selada.
Sumber    : Dokumentasi pribadi. 2016.

 
Gambar 2 : Menyemai biji selada pada media tanah tanpa tambahan nutrisi dan media tanah dengan tambahan nutrisi AB mix.
Sumber : Dokumentasi pribadi. 2016. 

 
Gambar 3 : Menyemai biji selada pada media rockwool + nutrisi.
Sumber : Dokumentasi pribadi. 2016.



Gambar 4: Perlakuan tanah tanpa nutrisi tambahan.
Sumber : Dokumentasi Pribadi. 2016.


 
Gambar 5: Perlakuan tanah dengan nutrisi tambahan.
Sumber : Dokumentasi Pribadi. 2016.

 
Gambar 6: Perlakuan rockwool dengan nutrisi tambahan.
Sumber : Dokumentasi Pribadi. 2016.
3.2.2        Tabel Hasil Pengamatan
Tabel Pertumbuhan Tanaman Selada (Lactua sativa L.) Setelah 3 Minggu
No.
Perlakuan
Pertumbuhan Tanaman
Tinggi tanaman
Jumlah daun
Lebar daun
1.
Tanah (tanpa nutrisi tambahan)
0,6 cm
6 helai
0,8 cm
2.
Tanah + nutrisi AB mix
2,5 cm
7 helai
2,5 cm
3.
Rockwool + nutrisi AB mix
0,6 cm
6 helai
   1 cm

3.2.3        Diagram Hasil Pengamatan
1)      Diagram tinggi tanaman (cm) setelah 3 minggu
 
2)      Diagram Jumlah Daun (helai) setelah 3 minggu
 

3)      Diagram Lebar Daun (cm) setelah 3 minggu



BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama 3 minggu, diketahui bahwa media tanam dan pemberian nutrisi AB mix berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter daun. Perlakuan media tanah + nutrisi AB mix memberikan perbedaan yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun tanaman, dan diameter daun.
Tinggi Tanaman (cm)
Berdasarkan hasil pengamatan, tinggi tanaman pada perlakuan tanah + nutrisi AB mix berbeda nyata dibandingkan perlakuan tanah (tanpa tambahan nutrisi) dan Rockwool + nutrisi AB mix. Tinggi tanaman pada perlakuan tanah (tanpa tambahan nutrisi) tidak berbeda nyata dengan perlakuan Rockwool + nutrisi AB mix. Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa pertumbuhan tanaman paling tinggi terdapat pada perlakuan tanah + nutrisi AB mix.
Jumlah Daun (helai)
Berdasarkan hasil pengamatan, jumlah daun pada perlakuan tanah + nutrisi AB mix berbeda nyata dibandingkan perlakuan tanah (tanpa tambahan nutrisi) dan Rockwool + nutrisi AB mix. Jumlah daun pada perlakuan tanah (tanpa tambahan nutrisi) tidak berbeda nyata dengan perlakuan Rockwool + nutrisi AB mix. Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa pertumbuhan jumlah daun paling banyak terdapat pada perlakuan perlakuan tanah + nutrisi AB mix.
Diameter Daun (cm)
Berdasarkan hasil pengamatan, diameter daun pada perlakuan tanah + nutrisi AB mix berbeda nyata dibandingkan perlakuan tanah (tanpa tambahan nutrisi) dan Rockwool + nutrisi AB mix. Diameter daun pada perlakuan tanah (tanpa tambahan nutrisi) juga berbeda nyata dengan perlakuan Rockwool + nutrisi AB mix. Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa pertumbuhan Diameter daun paling besar terdapat pada perlakuan perlakuan tanah + nutrisi AB mix.

Tingginya pertumbuhan tanaman pada perlakuan tanah + nutrisi AB mix disebabkan karena pada tanah telah terdapat unsur hara di dalamnya yang berfungsi untuk menunjang pertumbuhan tanaman, namun unsur hara ini juga terdapat pada nutrisi AB mix sehingga unsur hara yang didapatkan tanaman pada perlakuan ini lebih banyak dibandingkan pada perlakuan tanah (tanpa nutrisi tambahan) dan Rockwool + nutrisi AB mix.
Pada perlakuan tanah (tanpa nutrisi tambahan) tanaman hanya mendapatkan unsur hara yang ada di tanah sedangkan pada perlakuan Rockwool + nutrisi AB mix tanaman hanya mendapatkan unsur hara dari nutrisi tersebut. Hal inilah yang menyebabkan pertumbuhan tanaman pada kedua perlakuan ini tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.
Menurut literatur, tinggi tanaman dipengaruhi oleh kandungan nitrogen dan phospat. Nitrogen bagi tanaman mempunyai peran untuk merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, khususnya batang, cabang dan daun. Nitrogen dan phospat selain terdapat di tanah, juga terdapat pada larutan nutrisi AB mix (Mandala, 2008).
Jumlah daun yang tinggi disebabkan oleh unsur hara yang terkandung di dalam tanah maupun larutan nutrisi, karena nitrogen adalah komponen utama dari berbagai substansi penting di dalam pembentukan daun tanaman. Nitrogen juga dibutuhkan untuk membentuk senyawa penting seperti klorofil, asam nukleat, dan enzim. (Novizan, 2007).
Ketersediaan unsur hara sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman terutama unsur hara nitrogen untuk tanaman selada. Ketersediaan unsur nitrogen yang rendah mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Seperti yang dikemukan Gardner at all (2006), fungsi esensial unsur hara nitrogen di dalam jaringan tanaman adalah pembelahan dan pembesaran sel-selnya akan mengalami hambatan. Rendahnya penyerapan unsur hara mempengaruhi laju fotosintesis dan juga kandungan protein sehingga perkembangan tanaman menjadi terhambat.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1.    Media tanam dan pemberian nutrisi AB mix berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter daun.
2.    Media tanah + nutrisi berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman selada (Lactua sativa L.).
3.    Pertumbuhan tanaman paling tinggi terdapat pada perlakuan tanah + nutrisi AB mix.
4.    Pertumbuhan jumlah daun paling banyak terdapat pada perlakuan perlakuan tanah + nutrisi AB mix.
5.    pertumbuhan Diameter daun paling besar terdapat pada perlakuan perlakuan tanah + nutrisi AB mix.
6.    Ketersediaan unsur hara sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman terutama unsur hara nitrogen untuk tanaman selada (Lactua sativa L.).

5.2.Saran
Dengan adanya penelitian ini, untuk mendapatkan hasil tanaman selada (Lactua sativa L.) yang maksimal pembaca dapat menerapkan penanaman selada pada media tanah + nutrisi AB mix sehingga hasil yang didapatkan lebih memuaskan.


DAFTAR PUSTAKA

Agoes, D. 1994. Berbagai Jenis Media Tanam dan Penggunaanya. Penebar Swadaya, Jakarta.

Ashari, 1995. Botani Kubis dan Selada. Rineka Cipta. Jakarta.

Gardner, P. Frankin, B. R. Pearce, dan R. L. Mitchell. 2007. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan oleh Herawati, Susilo. Universitas Indonesia. Jakarta.

Haryanto, E, E. Rahayu, dan Suhartini. 1996. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya. Jakarta.

http://www.belajarbarenghidroponik.com. (Diakses pada tanggal : 19 Desember 2016).

Mandala, M. 2008. Morfologi Perakaran Tanaman Kedelai (Glycine max) Sebagai Pengaruh Diameterr Kelereng atau Agregat Tanah. Dalam : http://www.digilib.unila.ac.id. (Diakses pada tanggal : 19 Desember 2016).

Novizan, L.B. 2007. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agro Media Pustaka. Jakarta.

Prihmantoro, H, dan Y.H. Indriani, 1999. Hidroponik Buah Untuk Bisnis dan Hobi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rubatzky, V. E, dan M. Yamaguchi, 1998. Sayuran Dunia 2 Prinsip, Produksi dan Gizi. ITB. Bandung.

Rukmana, R. 1994. Bertanam Selada dan Andewi. Kanisius. Yogyakarta.

Setiawan, L. 2006. Optimasi Konsentrasi Larutan Hara pada budidaya Selada (Lactua sativa var. Grand Rappids) dengan Teknologi Hidroponik Sistem Terapung. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Wicaksono, 2008. Morfologi Tanaman Sayuran. Universitas Gajah Mada. Press, Yogyakarta.

Widhi, BN. 2014. Rockwool Media Tanam Hidroponik. Hidroponik Jogja.  Dalam : etd unsyiah.ac.id. (Diakses pada tanggal : 19 Desember 2016).