BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tanaman selada (Lactuca sativa L.)
merupakan tanaman sayuran semusim yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Selada
dapat digunakan sebagai sayuran pelengkap yang digunakan dalam berbagai macam
masakan serta memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi.
Selada dapat ditanam di dataran rendah
sampai dataran tinggi (pegunungan) dan dapat di tanam pada berbagai jenis
tanah, namun pertumbuhan yang baik akan diperoleh bila ditanam pada tanah liat
berpasir yang cukup mengandung bahan organik, gembur, remah, dan tidak mudah
tergenang air.
Selain itu, tanaman selada juga dapat
ditanam pada media rockwool yang diberi larutan nutrisi AB Mix (dikenal dengan
hidroponik). Setiawan (2006) menyatakan bahwa penggunaan nutrisi AB mix memberi
pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman, jumlah daun). Nutrisi
yang diberikan terbagi dua yaitu nutrisi yang mengandung unsur makro dan
nutrisi yang mengandung unsur mikro. Kandungan larutan nutrisi AB mix terdiri
dari stok A dan stok B. stok A mengandung KNO3, Ca(NO3)2,
FeEDTA dan stok B mengandung K2SO4, KH2PO4,
MgSO4, MnSO4, CuSO4, (NH4)2SO4,
Na2HBO3, ZnSO4, dan Na2MO4. (Prihmantoro
dan Indriani, 1999).
Berdasarkan uraian tersebut, maka
penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Media Tanam dan Pemberian Nutrisi AB Mix Terhadap Pertumbuhan Tanaman Selada (Lactuca sativa L)”.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh media tanam dan pemberian nutrisi AB mix terhadap pertumbuhan tanaman selada (Lactuca sativa L.)
?
1.3 Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah mengkaji
pengaruh media tanam dan pemberian
nutrisi AB mix terhadap pertumbuhan tanaman selada (Lactuca sativa L.).
1.4 Metode Penulisan
Penulisan
laporan ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik studi kepustakaaan dan teknik observasi yang bersumber dari beberapa
media tulis, baik berupa buku maupun media lainnya yang berkaitan dengan
masalah-masalah yang dibahas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Taksonomi Tanaman
Selada (Lactua sativa L.)
Selada adalah tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),
khususnya dalam hal bentuk daunnya. Tanaman ini cepat menghasilkan akar
tunggang diikuti dengan penebalan dan perkembangan cabang-cabang akar yang
menyebar pada kedalaman antara 20-50 cm.
Struktur botani tanaman selada menurut Haryanto et al. (1996) adalah sebagai berikut :
Divisi : Spermathophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledone
Ordo : Astarales
Family : Asteraceae
Genus : Lactua
Spesies : Lactua sativa L.
2.2 Morfologi Tanaman
Selada (Lactua sativa L.)
Tanaman selada (Lactua sativa L.) memiliki sistem
perakaran tunggang dan serabut. Akar serabut menempel pada batang, tumbuh
menyebar ke semua arah pada kedalaman 20-50 cm. sebagian besar unsur hara yang
dibutuhkan tanaman diserap oleh akar serabut. Sedangkan akar tunggangnya tumbuh
lurus ke dalam tanah. (Rukmana, 1994).
Daun selada
memiliki bentuk, ukuran dan warna yang beragam, tergantung varietasnya. Daun
selada berbentuk bulat dengan ukuran daun yang lebar, berwarna hijau terang dan
hijau agak gelap. Daun selada memiliki tangkai daun bersifat kuat dan halus.
Daun bersifat lunak dan renyah apabila dimakan, serta memiliki rasa agak manis.
Daun selada umumnya memiliki ukuran panjang 20-25 cm dan lebar 15 cm.
(Wicaksono, 2008).
Tanaman selada
memiliki batang sejati. Batang selada sangat pendek sehingga hampir tidak
terlihat dan terletak pada bagian dasar yag berada di dalam tanah. Diameter
batang juga lebih kecil yaitu (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Bunga selada
berbentuk dompolan (inflorescene). Tangkai bunga bercabang banyak dan setiap
cabang akan membentuk anak cabang. Buganya berwarna kuning, setiap krop
panjangnya antara 3-4 cm yag dilindungi oleh beberapa lapis daun pelindung yang
dinamakan volucre. Setiap krop mengandung sekitar 10-25 floret atau anak bunga
yang mekarnya serentak. (Ashari, 1995).
2.3 Syarat Tumbuh Tanaman
Selada (Lactua sativa L.)
2.3.1
Iklim
Tanaman selada (Lactua sativa L.) dapat tumbuh di
dataran rendah maupun dataran tinggi. Namun, hampir semua tanaman selada baik
diusahakan di dataran tinggi. Pada datarann tinggi, selada lebih cepat
berbunga. Suhu optimum untu pertumbuhan selada yaitu 15-20 °C. (Sunarjono,
2003). Tanaman selada dapat ditanam di daerah yang terletak pada ketinggian
500-2.200 mdpl. (Haryanto, et al.
1996).
2.3.2
Tanah
Tanaman selada (Lactua sativa
L.) tumbuh baik pada tanah yang subur dan banya mengandung humus. Tanah yang
mengandung pasir dan lumpur baik sekali untuk
pertumbuhannya. (Haryanto, et al. 1996). Tanah jenis lain seperti lempung berdebu dan lempung
berpasir juga dapat digunakan sebagai medium tanam selada.
2.3.3
Larutan Nutrisi
Larutan nutrisi
terdiri dari berbagai garam pupuk yang dilarutkan ke dalam air dan digunakan
sebagai sumber nutrisi bagi tanaman yang dibudidayakan secara hidroponik.
Larutan nutrisi
itu sendiri dibagi menjadi dua, yaitu unsur makro (C, H, O, N, S, P, K, Ca, dan
Mg) dan unsur mikro (B, Cl, Cu, Fe, Mn, Mo dan Zn). Dibuat dua jenis pekatan A
dan B. Kedua pekatan tersebut dicampur saat akan digunakan. Pekatan A dan B
tidak dapat dicampur karena apabila kation Ca dalam pekatan A bertemu dengan
anion sulfat dalam pekatan B maka akan terjadi endapan kalsium sulfat sehingga
unsure Ca dan S tidak dapat diserap oleh akar. Tanaman pun akan menunjukkan
gajala defisiensi Ca dan S. Begitu pula bila kation Ca dalam pekatan A bertemu
dengan anion fosfat dalam pekatan B akan terjadi endapan ferri fosfat sehingga
unsur Ca dan Fe terjadi endapan kalsium fosfat, sehingga unsur Ca dan P tidak
dapat diserap oleh akar. (http://www.belajarbarenghidroponik.com).
Komposisi larutan A terdiri dari : Kalsium nitrat,
Kalium nitrat, Fe EDTA. Komposisi larutan B terdiri dari : Kalium dihidro f,
Amnonium sulfat, Kalium sulfat, Magnesium sulfat, Cupri sulfat, Zinc sulfat,
Asam borat, Mangan Sulfat, dan Amonium hepta.
2.3.4
Media Tanam
media tanam dapat
diartikan sebagai tempat tumbuh bagi tanaman yang dapat mendukung pertumbuhan
dan kehidupan tanaman. Media tanam juga mampu mengikat air dan unsur hara yang
dibutuhkan tanaman, mempunyai aerasi dan drainase yang baik, dapat
mempertahanan kelembaban di sekitar perakaran, tidak mudah lapuk, tidak menjadi
sumber penyakit, mudah didapat dan harganya relatif murah. (Agoes, 1994).
Rockwool merupakan
bahan non-organik yang terbuat dari campuran batua basalt dan pasir yang
berbentuk serat. Selain karena daya serapnya terhadap air cukup tinggi, bahan
ini tidak membawa patogen penyebab penyakit sehingga dapat menguntungkan untuk
digunakan sebagai media tanam. (Widhi, 2014).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Tempat dan Waktu
Pengamatan
Pengamatan ini dilaksanakan dari tanggal
19 November 2016 sampai dengan 16 Desember 2016 bertempat di rumah sang penulis
tepatnya di depan rumah.
I.
Alat dan Bahan
Alat :
1.
3 buah botol bekas
2.
Cutter
3.
Sumbu kompor
4.
Kain flanel
5.
Netpot
6.
Gunting
7.
Alat Tulis
8.
Kamera HP
Bahan :
1.
Biji Selada
2.
Tanah secukupnya
3.
Air untuk menyiram
tanaman
4.
Nutrisi AB Mix
II.
Cara Kerja
1.
Menyiapkan alat dan
bahan yang diperlukan.
2.
Memotong 3 botol bekas
menjadi 2 bagian (1 botol bekas (bagian bawah) untuk tanaman dengan perlakuan tanah tanpa nutrisi tambahan, 1 botol bekas (bagian atas dan bawah) untuk tanaman dengan perlakuan tanah dengan nutrisi AB mix, dan 1 botol bekas (bagian atas dan bawah) untuk tanaman dengan perlakuan rockwool dengan nutrisi AB mix.)
3.
Mengisi 1 bagian bawah
botol bekas dengan tanah untuk perlakuan tanah tanpa nutrisi tambahan. Kemudian
meletakkan biji selada di atasnya.
4.
Mengisi 1 bagian bawah
botol bekas dengan nutrisi AB Mix sebanyak 500 ml, mengisi 1 bagian atas botol
bekas dengan tanah yang telah dikaitkan dengan sumbu kompor pada pada
masing-masing tutup botol. Kemudian memberi lubang untuk meletakkan biji selada.
5.
Mengisi 1 bagian bawah
botol bekas dengan nutrisi AB Mix sebanyak 500 ml, mengisi 1 bagian atas botol
bekas dengan rockwool yang telah dipotong pada bagian teratas
untuk menyelipkan netpot yang telah diberi dengan kain flanel. Kemudian
meletakkan biji selada pada rockwool di netpot.
3.2
Hasil
Pengamatan
3.2.1
Gambar Hasil
Pengamatan
Gambar 1 : Botol
bekas sudah dipotong tempat penanaman selada.
Sumber : Dokumentasi pribadi. 2016.
|
Gambar 2 : Menyemai
biji selada pada media tanah tanpa tambahan nutrisi dan media tanah dengan
tambahan nutrisi AB mix.
Sumber : Dokumentasi
pribadi. 2016.
|
Gambar 3 : Menyemai
biji selada pada media rockwool + nutrisi.
Sumber : Dokumentasi
pribadi. 2016.
|
Gambar 4: Perlakuan tanah tanpa nutrisi tambahan.
Sumber :
Dokumentasi Pribadi. 2016.
|
Gambar 5: Perlakuan tanah dengan nutrisi tambahan.
Sumber : Dokumentasi Pribadi. 2016.
|
Gambar 6: Perlakuan rockwool dengan
nutrisi tambahan.
Sumber : Dokumentasi Pribadi. 2016.
|
3.2.2
Tabel
Hasil Pengamatan
Tabel Pertumbuhan
Tanaman Selada (Lactua
sativa L.) Setelah 3 Minggu
No.
|
Perlakuan
|
Pertumbuhan Tanaman
|
||
Tinggi tanaman
|
Jumlah daun
|
Lebar daun
|
||
1.
|
Tanah (tanpa nutrisi tambahan)
|
0,6 cm
|
6 helai
|
0,8 cm
|
2.
|
Tanah + nutrisi AB mix
|
2,5 cm
|
7 helai
|
2,5 cm
|
3.
|
Rockwool + nutrisi AB mix
|
0,6 cm
|
6 helai
|
1 cm
|
3.2.3
Diagram Hasil Pengamatan
1) Diagram
tinggi tanaman (cm) setelah 3 minggu
2) Diagram Jumlah Daun (helai) setelah 3 minggu
3) Diagram Lebar Daun (cm) setelah 3 minggu
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang
dilakukan selama 3 minggu, diketahui bahwa media tanam dan pemberian nutrisi AB
mix berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter
daun. Perlakuan media tanah + nutrisi AB mix memberikan perbedaan yang nyata
terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun tanaman, dan diameter daun.
Tinggi Tanaman (cm)
Berdasarkan hasil pengamatan,
tinggi tanaman pada perlakuan tanah + nutrisi AB mix berbeda nyata dibandingkan
perlakuan tanah (tanpa tambahan nutrisi) dan Rockwool + nutrisi AB mix. Tinggi
tanaman pada perlakuan tanah (tanpa tambahan nutrisi) tidak berbeda nyata
dengan perlakuan Rockwool + nutrisi AB mix. Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa
pertumbuhan tanaman paling tinggi terdapat pada perlakuan tanah + nutrisi AB
mix.
Jumlah Daun (helai)
Berdasarkan hasil
pengamatan, jumlah daun pada perlakuan tanah + nutrisi AB mix berbeda nyata
dibandingkan perlakuan tanah (tanpa tambahan nutrisi) dan Rockwool + nutrisi AB
mix. Jumlah daun pada perlakuan tanah (tanpa tambahan nutrisi) tidak berbeda
nyata dengan perlakuan Rockwool + nutrisi AB mix. Berdasarkan pengamatan
diketahui bahwa pertumbuhan jumlah daun paling banyak terdapat pada perlakuan
perlakuan tanah + nutrisi AB mix.
Diameter Daun (cm)
Berdasarkan hasil
pengamatan, diameter daun pada perlakuan tanah + nutrisi AB mix berbeda nyata
dibandingkan perlakuan tanah (tanpa tambahan nutrisi) dan Rockwool + nutrisi AB
mix. Diameter daun pada perlakuan tanah (tanpa tambahan nutrisi) juga berbeda
nyata dengan perlakuan Rockwool + nutrisi AB mix. Berdasarkan pengamatan
diketahui bahwa pertumbuhan Diameter daun paling besar terdapat pada perlakuan
perlakuan tanah + nutrisi AB mix.
Tingginya
pertumbuhan tanaman pada perlakuan tanah + nutrisi AB mix disebabkan karena
pada tanah telah terdapat unsur hara di dalamnya yang berfungsi untuk menunjang
pertumbuhan tanaman, namun unsur hara ini juga terdapat pada nutrisi AB mix
sehingga unsur hara yang didapatkan tanaman pada perlakuan ini lebih banyak
dibandingkan pada perlakuan tanah (tanpa nutrisi tambahan) dan Rockwool +
nutrisi AB mix.
Pada perlakuan
tanah (tanpa nutrisi tambahan) tanaman hanya mendapatkan unsur hara yang ada di
tanah sedangkan pada perlakuan Rockwool + nutrisi AB mix tanaman hanya
mendapatkan unsur hara dari nutrisi tersebut. Hal inilah yang menyebabkan
pertumbuhan tanaman pada kedua perlakuan ini tidak menunjukkan perbedaan yang
nyata.
Menurut
literatur, tinggi tanaman dipengaruhi oleh kandungan nitrogen dan phospat.
Nitrogen bagi tanaman mempunyai peran untuk merangsang pertumbuhan tanaman
secara keseluruhan, khususnya batang, cabang dan daun. Nitrogen dan phospat
selain terdapat di tanah, juga terdapat pada larutan nutrisi AB mix (Mandala,
2008).
Jumlah daun yang
tinggi disebabkan oleh unsur hara yang terkandung di dalam tanah maupun larutan
nutrisi, karena nitrogen adalah komponen utama dari berbagai substansi penting
di dalam pembentukan daun tanaman. Nitrogen juga dibutuhkan untuk membentuk
senyawa penting seperti klorofil, asam nukleat, dan enzim. (Novizan, 2007).
Ketersediaan
unsur hara sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman terutama
unsur hara nitrogen untuk tanaman selada. Ketersediaan unsur nitrogen yang
rendah mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Seperti
yang dikemukan Gardner at all (2006),
fungsi esensial unsur hara nitrogen di dalam jaringan tanaman adalah pembelahan
dan pembesaran sel-selnya akan mengalami hambatan. Rendahnya penyerapan unsur
hara mempengaruhi laju fotosintesis dan juga kandungan protein sehingga
perkembangan tanaman menjadi terhambat.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan pembahasan, maka dapat
disimpulkan bahwa :
1.
Media tanam dan pemberian nutrisi
AB mix berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, dan
diameter daun.
2.
Media tanah + nutrisi berpengaruh
nyata terhadap pertumbuhan tanaman selada (Lactua
sativa L.).
3.
Pertumbuhan tanaman paling tinggi
terdapat pada perlakuan tanah + nutrisi AB mix.
4.
Pertumbuhan jumlah daun paling
banyak terdapat pada perlakuan perlakuan tanah + nutrisi AB mix.
5.
pertumbuhan Diameter daun paling
besar terdapat pada perlakuan perlakuan tanah + nutrisi AB mix.
6.
Ketersediaan unsur hara sangat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman terutama unsur hara nitrogen
untuk tanaman selada (Lactua sativa
L.).
5.2.Saran
Dengan adanya penelitian ini, untuk mendapatkan hasil
tanaman selada (Lactua sativa L.)
yang maksimal pembaca dapat menerapkan penanaman selada pada media tanah +
nutrisi AB mix sehingga hasil yang didapatkan lebih memuaskan.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, D. 1994. Berbagai Jenis Media Tanam dan Penggunaanya.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Ashari, 1995. Botani Kubis dan Selada. Rineka Cipta.
Jakarta.
Gardner, P.
Frankin, B. R. Pearce, dan R. L. Mitchell. 2007. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan oleh Herawati, Susilo.
Universitas Indonesia. Jakarta.
Haryanto, E, E.
Rahayu, dan Suhartini. 1996. Sawi dan
Selada. Penebar Swadaya. Jakarta.
Mandala, M. 2008. Morfologi Perakaran Tanaman Kedelai (Glycine
max) Sebagai Pengaruh Diameterr Kelereng atau Agregat Tanah. Dalam : http://www.digilib.unila.ac.id. (Diakses pada tanggal : 19 Desember 2016).
Novizan, L.B. 2007. Petunjuk Pemupukan
yang Efektif. Agro Media Pustaka. Jakarta.
Prihmantoro, H, dan
Y.H. Indriani, 1999. Hidroponik Buah
Untuk Bisnis dan Hobi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rubatzky, V. E, dan
M. Yamaguchi, 1998. Sayuran Dunia 2
Prinsip, Produksi dan Gizi. ITB. Bandung.
Rukmana, R. 1994. Bertanam Selada dan Andewi. Kanisius.
Yogyakarta.
Setiawan, L. 2006.
Optimasi Konsentrasi Larutan Hara pada budidaya Selada (Lactua sativa var. Grand Rappids) dengan Teknologi
Hidroponik Sistem Terapung. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Wicaksono, 2008. Morfologi Tanaman
Sayuran. Universitas Gajah Mada. Press, Yogyakarta.
Widhi, BN. 2014. Rockwool Media
Tanam Hidroponik. Hidroponik Jogja.
Dalam : etd unsyiah.ac.id. (Diakses pada tanggal : 19 Desember
2016).